Cari Blog Ini

Sabtu, 23 Februari 2013

Constructing the Test (Language Testing Material)


A PAPER OF
LANGUAGE TESTING
Chapter 9 : CONSTRUCTING THE TEST (PART 2)



KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat dan izin-Nya lah akhirnya makalah yang berjudul “CONSTRUCTING THE TEST (Part 2)”. Ini telah selesai dirampungkan.
Karya tulis ini disusun guna memenuhi tugas dari mata kuliah LANGUAGE TESTING tentang Constructing the Test. Language Testing merupakan mata kuliah Perilaku Berkarya (MPB) dengan sandi AENG 462. Mata kuliah ini  bertujuan agar semua mahasiswa-mahsiswi dapat memahami dan mengerti tentang bentuk pengujian suatu bahasa, bagaimana merancang soal-soal pengujian bahasa, dan mengetahui ke absahan soal tersebut.
Sebelumnya tidak lupa pula kami ucapkan Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. H Muliyadi, M.Pd Selaku dosen dalam mata kuliah ini, yang telah mendidik dan membimbing kami dalam pembuatan Karya tulis ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan Karya Tulis ini banyak sekali terjadi kekurangan baik dari sumber yang digunakan sebagai referensi maupun dari redaksinya yang masih kurang sistematis serta penerjemahan yang belum sempurna. Oleh karenanya kritik dan saran sangat kami harapkan,agar nantinya sangat berguna dalam penyempurnaan karya tulis ini.
Akhir kata,semoga makalah ini bermanfaat bagi dunia pendidikan. Khususnya bagi mahasiswa-mahasiswi STKIP PGRI yang merupakan cikal-bakal seorang guru di dunia pendidikan. Amin.

Banjarmasin, 06 Juni 2011

Penyusun

Bab I
Pendahuluan

1.      Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial. Sebagai makluk sosial manusia perlu berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam kesehariannya manusia melakukan komunikasi antar sesama manusia agar kebutuhannya bisa terpenuhi. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi. Sebagai alat, bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Baik dalam area yang sempit sampai ke area yang lebih luas semua orang memerlukannya. Manusia dididik untuk mengerti dan mempelajari bahasa, baik bahasa ibu (mother tongue/first language) maupun bahasa kedua (second language).Lingkungan sekolah merupakan tempat utama mempelajari second language. Guru merupakan fasilitator pembelajaran bahasa (terutama second language) di dalam lingkungan sekolah tersebut. Sebagai guru perlu menyiapkan materi pembelajaran bahasa. Selain materi, tentu guru perlu menyiapkan soal-soal yang digunakan sebagai alat penguji tingkat kemampuan siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam memberikan dan menyampaikan materi tersebut. Namun, dalam pembuatan soal tidaklah semudah menyiapkan materi pembelajaran. Dalam pembuatan soal terdapat aturan-aturan yang harus diikuti agar soal tersebut memenuhi kriteria.
Dalam Language Testing ada tiga karakteristik sebuah test bahasa dapat dikatakan baik yaitu reliability, validity, dan practicality. Tiga karakteristik inilah yang menjadi acuan guru untuk mengkonstruksi soal. Dalam proses perancangan (konstruksi) soal ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh seorang guru sebelum soal dibuat atau dicetak. Dalam makalah ini akan membahas tentang urutan dalam perancangan soal pengujian bahasa (Reconstructing The Test).


Bab II
Pembahasan Constructing The Test (Part 1)

2.1 Planning The Test
Test yang efektif  memerlukan perencanaan yang teliti. Dalam planning the test langkah-langkah berikut memberikan tuntunan yang jelas dalam perencanaan test Bahasa Inggris sebagai second language.
Step 1: Determining the general course objectives (menentukan tujuan pembelajaran umum)



Bab III
Pembahasan Constructing The Test (Part 2)

3.1 Pretesting The Material and Analyzing The Result
3.1.1 Pretesting the material
3.1.2 Analyzing the pretest result (item analysis)
Setelah lembar jawaban pretest telah terkumpulkan (umumnya minimal 100 lembar), item-item tersebut harus dianalisis untuk menentukan keefektifannya. Ada dua kriteria yang harus dipenuhi sebelumnya, antara lain:
1.      Determining item difficulty
Yaitu langkah pertama untuk menentukan tingkat kesulitan item. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan persentase jawaban yang benar dari hasil pretest. Misalnya, untuk soal yang mudah dijawab dengan benar oleh peserta ujian setidaknya 92% sedangkan untuk soal yang sulit, dijawab dengan benar kurang dari 30%. Hasil yang seperti ini umumnya tidak akan digunakan untuk test selanjutnya. Idealnya soal untuk test terdiri dari 40% untuk soal sedang , 30% soal mudah dan 30% soal sulit.
2.      Determining Item Discrimination
Langkah kedua ini adalah menentukan perbedaan antara baik-buruknya setiap item (soal) dalam suatu pengujian dari siswa yang mahir/pintar dan siswa yang tidak mahir.
Dibawah ini merupakan metode untuk menentukan perbedaan setiap item :
a.      Pisahkan total nilai dalam dua kelompok (terendah dan tertinggi)
b.      Hitung angka dari siswa yang mahir menjawab item atau soal dengan benar (level atas) dan siswa yang tidak mahir menjawab item dengan benar (level bawah).
c.      Membagi hasil dari langkah yang kedua tadi dari jumlah total jawaban dalam setiap kelompok :
Diketahui : D : Discrimination index
                   n : Number of candidates in one group
                   Ũ : Upper half
                   Ł : Lower Half
Catatan : D = indeks yang menjadi pembeda antara bagian item yang telah dilewati siswa yang mahir (High Level) dan siswa yang tidak Mahir (low level).

Rumus :
D =

Contoh :
Diketahui : Correct U = 15
                   Correct L = 6
                                n = 20
Ditanya : D = ……?
Jawab :
             D =   
                
             D =    =        =  0,45

Satu langkah lagi dalam menganalisis item pilihan ganda yang sangat diperlukan, yaitu memeriksa fungsi setiap item pengecoh. Apabila item pengecoh tersebut tidak ada satu pun dari peserta ujian yang tertarik untuk memilihnya, maka pilihan pengecoh tersebut tidak berfungsi. Hal ini akan meningkatkan kesempatan pada beberapa peserta ujian untuk menjawab dengan benar denagn cara mengira-ngira / menebak sisa dari 2/3 kemungkinan. Pilihan pengecoh yang tidak berfungsi harus diganti. Dan perbaikan untuk mengganti pengecoh tersebut harus di ujikan kembali.
3.      Recording item analysis data
Ini merupakan bagian paling tepat untuk menyimpan item yang di analisiskan dalam data sebuah slip analisis yang berisi :
a.
b. Sebuah identifikasi dari pretest yang sudah di ujikan
c. Posisi item tersebut dalam pretest
d. Item yang sulit dan indeks perbedaan dalam item pilihan ganda.
e. Sebuah pengolahan / tabulasi bagaimana tinggi dan rendahnya respon untuk seluruh pilihan jawaban (A, B, C, D)
Item analisis slip ini digunakan untuk memudahkan menyajikan kembali utuk menyiapkan materi untuk diketik.


3.2 Assembling The Final Form of  The Test

3.3 Reproducing The Test
3.3.1 Using separate answer sheets for multiple-choice tests
Di dalam pengujian sebuah test di mana penilaian dari soal pilihan ganda adalah menggunakan mesin dan secara manual. Ketika menggunakan secara manual, itu biasanya lebih hemat daripada menggunakan mesin.Tapi harus diingat bagaimanapun hematnya, lembar jawaban terpisah sangat menyulitkan. Menggunakan lembar jawaban yang terpisah dari soal bersifat perintah. Menggunakan lembar jawaban terpisah untuk test pilihan ganda disini maksudnya adalah dalam penilaian dari pilihan ganda harus kita organisasikan yang artinya kita harus mengorganisasikan nilai dari setiap lembar jawaban.
Ada 2 hal yang harus diperhatikan yang merupakan permasalahan serius dalam penggunaan lembar jawaban yang terpisah yaitu
1.      Ujian tidak akan dapat dimengerti apabila siswa tidak mengetahui bagaimana cara mengerjakan soal tersebut. Harus ada petunjuk untuk mengerjakan soal tersebut. Di lembar soal harus diberikan penjelasan bagaimana cara pengerjaan soal tersebut. Apakah harus disilang atau dilingkari atau dihitamkan.
2.      Kita harus teliti dalam menjawab soal dan perintah soal harus jelas. Jika kita menjawab soal dilain tempat atau tidak pada tempat yang sebenarnya, maka kita akan kehilangan skor/nilai.
Membuat soal dalam bentuk pilihan ganda harus membuat pilihan jawaban yang hampir mirip (3 pengecoh dan 1 jawaban benar). Sekarang ini soal yang berbentuk pilihan ganda, pilihan jawabannya menggunakan aksen pilihan seperti a,b,c, dan d. Hal ini dilakukan agar tidak membingungkan peserta ujian dalam mengerjakan soal.
Preparing Equivalent Forms (Menyediakan bentuk soal yang sejenis)
Dalam Language Testing sanagt disarankan untuk menyediakan lebih dari satu bentuk soal pengujian bahasa. Yang bisa digunakan berulang – ulang. Bentuk soal Equivalent atau sejenis, memiliki beberapa kegunaan :
1.      Diberikan pada saat sebelum materi pelajaran diberikan, dan sesudah materi diberikan (Pre and Post testing). Bentuk pertama digunakan pada awal pembelajaran dari suatu mata pelajaran atau program latihan. Dan bentuk selanjutnya digunakan atau diberikan pada akhir program pembelajaran. Ini dilakukan guna mengetahui tingkat kemajuan dari siswa pada saat sebelum di berikan materi pembelajaran dibandingkan dengan setelah diberikan materi pembelajaran.
2.      Untuk mengurangi kesempatan adanya “Test Compromise atau kecurangan pada saat ujian. Dua atau lebih bentuk soal dari suatu tes, diberikan secara bergantian menurut daftar yang tidak beraturan. Hal ini akan membantu mengurangi kesempatan siswa untuk mengingat isi soal pada saat ujian dan kemudian menyerahkannya atau memberitahukannya pada teman mereka yang lain.

Cara termudah untuk merancang atau menyiapkan bentuk soal yang sejenis adalah dengan cukup menguji coba soal-soal dari kedua bentuk soal berdasarkan Single Item Analysis untuk mengetahui Validitas dari soal – soal tersebut agar bisa dikumpulkan atau digabungkan atau dipasangkan satu sama lain.
Sebagai contoh, Dua buah bentuk soal dari tes Structure memiliki jumlah soal tes yang sama, materi yang sama seperti Tense of verb, part of speech, dan lain-lain. Tetapi rincian dari kedua soal tersebut harus berbeda, sehingga terdapat dua contoh atau pembahasan yang berbeda dari masing-masing soal, seperti kata perintah, pilihan ganda, verb-tense, dan lain-lain.
Merancang atau menyiapkan dua atau lebih bentuk soal ujian/tes yang dibuat secara serempak dari suatu materi pembelajaranmemerlukan penguji-cobaan yng baik.
Misalnya, Jika suatu format akhir dari soal ujian terdiri atas 70 buah soal tes, maka kita harus menyediakan dan menguji coba minimal 180 soal tes. Dimana perhitungannya = 2 x 70 + 30% soal ekstra yang disediakan untuk hasil yang akurat atau tepat dan untuk mengganti soal yang gagal (dari segi Validity, reliability, dan lain-lain).
Jadi : = 70 soal x 2
           = 140 soal + 30%
           = 140 + 40 = 180 Soal cadangan.

Prosedur terbaik adalah dengan mengelompokkan 180 soal tersebut kedalam dua kelompok yang masing-masing terdiri atas 90 soal yang akan di uji cobakan, dan pengujian dilaksanakan dua hari berturut-turut dalam minggu yang sama. Dan akan lebih praktis bila penguji cobaan dilaksanakan pada kelas lain yang berbeda (bukan di dalam kelas yang hendak diujikan), dengan membagi kelas tersebut menjadi setengah dari jumlah yang akan diujikan dengan maksud menetralkan “Practice Effect”.
 Ketika kedua bentuk soal tersebut telah disediakan atau disiapkan, sangat penting untuk menguji cobakan soal tersebut terlebih dahulu di luar ujian utama untuk memastikan bahwa bentuk soal tersebut sudah Equivalen dari segi tingkat kesulitan, validitas, dan lain sebagainya. Untuk tingkat kesulitan dari masing-masing soal bisa dirubah dengan mengubah posisi soal di lembar soal.


Source : David P. Harris. Testing English as A second Language.



Tidak ada komentar: