A PAPER
OF
LANGUAGE
TESTING
Chapter
9 : CONSTRUCTING THE TEST (PART 2)
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur
kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat dan izin-Nya lah
akhirnya makalah yang berjudul “CONSTRUCTING
THE TEST (Part 2)”. Ini telah selesai dirampungkan.
Karya tulis ini disusun guna memenuhi
tugas dari mata kuliah LANGUAGE TESTING tentang
Constructing the Test. Language Testing merupakan mata kuliah Perilaku Berkarya (MPB) dengan sandi AENG 462. Mata kuliah ini bertujuan agar semua mahasiswa-mahsiswi dapat
memahami dan mengerti tentang bentuk pengujian suatu bahasa, bagaimana
merancang soal-soal pengujian bahasa, dan mengetahui ke absahan soal tersebut.
Sebelumnya tidak lupa pula kami ucapkan
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. H Muliyadi, M.Pd Selaku dosen dalam mata kuliah ini, yang telah
mendidik dan membimbing kami dalam pembuatan Karya tulis ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan
Karya Tulis ini banyak sekali terjadi kekurangan baik dari sumber yang
digunakan sebagai referensi maupun dari redaksinya yang masih kurang sistematis
serta penerjemahan yang belum sempurna. Oleh karenanya kritik dan saran sangat
kami harapkan,agar nantinya sangat berguna dalam penyempurnaan karya tulis ini.
Akhir kata,semoga makalah ini bermanfaat
bagi dunia pendidikan. Khususnya bagi mahasiswa-mahasiswi STKIP PGRI yang merupakan cikal-bakal seorang guru di dunia
pendidikan. Amin.
Banjarmasin,
06 Juni 2011
Penyusun
Bab I
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial. Sebagai makluk sosial manusia perlu
berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam kesehariannya manusia melakukan
komunikasi antar sesama manusia agar kebutuhannya bisa terpenuhi. Bahasa
merupakan alat untuk berkomunikasi. Sebagai alat, bahasa merupakan hal yang
sangat penting dalam kehidupan manusia. Baik dalam area yang sempit sampai ke
area yang lebih luas semua orang memerlukannya. Manusia dididik untuk mengerti
dan mempelajari bahasa, baik bahasa ibu (mother tongue/first language) maupun
bahasa kedua (second language).Lingkungan sekolah merupakan tempat utama
mempelajari second language. Guru merupakan fasilitator pembelajaran bahasa (terutama
second language) di dalam lingkungan sekolah tersebut. Sebagai guru perlu
menyiapkan materi pembelajaran bahasa. Selain materi, tentu guru perlu
menyiapkan soal-soal yang digunakan sebagai alat penguji tingkat kemampuan
siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam memberikan dan menyampaikan materi
tersebut. Namun, dalam pembuatan soal tidaklah semudah menyiapkan materi
pembelajaran. Dalam pembuatan soal terdapat aturan-aturan yang harus diikuti
agar soal tersebut memenuhi kriteria.
Dalam Language Testing ada tiga karakteristik
sebuah test bahasa dapat dikatakan baik yaitu reliability, validity, dan
practicality. Tiga karakteristik inilah yang menjadi acuan guru untuk
mengkonstruksi soal. Dalam proses perancangan (konstruksi) soal ada beberapa
langkah yang harus dilakukan oleh seorang guru sebelum soal dibuat atau
dicetak. Dalam makalah ini akan membahas tentang urutan dalam perancangan soal
pengujian bahasa (Reconstructing The Test).
Bab II
Pembahasan Constructing The Test (Part 1)
2.1 Planning The Test
Test yang efektif memerlukan perencanaan
yang teliti. Dalam planning the test langkah-langkah berikut memberikan
tuntunan yang jelas dalam perencanaan test Bahasa Inggris sebagai second
language.
Step 1: Determining the general course objectives (menentukan tujuan
pembelajaran umum)
Bab III
Pembahasan Constructing The Test (Part 2)
3.1 Pretesting
The Material and Analyzing The Result
3.1.1 Pretesting the material
3.1.2 Analyzing the pretest result (item analysis)
Setelah lembar jawaban pretest telah terkumpulkan (umumnya minimal 100 lembar),
item-item tersebut harus dianalisis untuk menentukan keefektifannya. Ada dua
kriteria yang harus dipenuhi sebelumnya, antara lain:
1. Determining item difficulty
Yaitu langkah pertama untuk menentukan tingkat
kesulitan item. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan persentase
jawaban yang benar dari hasil pretest. Misalnya, untuk soal yang mudah dijawab
dengan benar oleh peserta ujian setidaknya 92% sedangkan untuk soal yang sulit,
dijawab dengan benar kurang dari 30%. Hasil yang seperti ini umumnya tidak akan
digunakan untuk test selanjutnya. Idealnya soal untuk test terdiri dari 40%
untuk soal sedang , 30% soal mudah dan 30% soal sulit.
2. Determining Item Discrimination
Langkah kedua ini adalah menentukan perbedaan antara
baik-buruknya setiap item (soal) dalam suatu pengujian dari siswa yang
mahir/pintar dan siswa yang tidak mahir.
Dibawah ini merupakan metode untuk menentukan perbedaan setiap item :
a. Pisahkan total nilai dalam dua kelompok
(terendah dan tertinggi)
b. Hitung angka dari siswa yang mahir menjawab
item atau soal dengan benar (level atas) dan siswa yang tidak mahir menjawab
item dengan benar (level bawah).
c. Membagi hasil dari langkah yang kedua tadi
dari jumlah total jawaban dalam setiap kelompok :
Diketahui : D : Discrimination index
n : Number of candidates in
one group
Ũ : Upper half
Ł : Lower Half
Catatan : D = indeks yang menjadi pembeda antara bagian item yang telah
dilewati siswa yang mahir (High Level) dan siswa yang tidak Mahir (low level).
Rumus :
D =
Contoh :
Diketahui : Correct U = 15
Correct L = 6
n = 20
Ditanya : D = ……?
Jawab :
D =
D = = =
0,45
Satu langkah
lagi dalam menganalisis item pilihan ganda yang sangat diperlukan, yaitu
memeriksa fungsi setiap item pengecoh. Apabila item pengecoh tersebut tidak ada
satu pun dari peserta ujian yang tertarik untuk memilihnya, maka pilihan
pengecoh tersebut tidak berfungsi. Hal ini akan meningkatkan kesempatan pada
beberapa peserta ujian untuk menjawab dengan benar denagn cara mengira-ngira /
menebak sisa dari 2/3 kemungkinan. Pilihan pengecoh yang tidak berfungsi harus
diganti. Dan perbaikan untuk mengganti pengecoh tersebut harus di ujikan
kembali.
3.
Recording item analysis data
Ini merupakan bagian paling
tepat untuk menyimpan item yang di analisiskan dalam data sebuah slip analisis
yang berisi :
a.
b. Sebuah identifikasi dari pretest yang sudah di ujikan
c. Posisi item tersebut dalam pretest
d. Item yang sulit dan indeks perbedaan dalam item pilihan ganda.
e. Sebuah pengolahan / tabulasi bagaimana tinggi
dan rendahnya respon untuk seluruh pilihan jawaban (A, B, C, D)
Item analisis slip ini digunakan untuk
memudahkan menyajikan kembali utuk menyiapkan materi untuk diketik.
3.2 Assembling The Final Form of The
Test
3.3 Reproducing
The Test
3.3.1 Using
separate answer sheets for multiple-choice tests
Di dalam pengujian sebuah test di mana penilaian dari soal pilihan ganda
adalah menggunakan mesin dan secara manual. Ketika menggunakan secara manual,
itu biasanya lebih hemat daripada menggunakan mesin.Tapi harus diingat
bagaimanapun hematnya, lembar jawaban terpisah sangat menyulitkan. Menggunakan
lembar jawaban yang terpisah dari soal bersifat perintah. Menggunakan lembar
jawaban terpisah untuk test pilihan ganda disini maksudnya adalah dalam penilaian
dari pilihan ganda harus kita organisasikan yang artinya kita harus
mengorganisasikan nilai dari setiap lembar jawaban.
Ada 2 hal yang harus diperhatikan yang merupakan permasalahan serius dalam
penggunaan lembar jawaban yang terpisah yaitu
1. Ujian tidak akan dapat dimengerti apabila
siswa tidak mengetahui bagaimana cara mengerjakan soal tersebut. Harus ada
petunjuk untuk mengerjakan soal tersebut. Di lembar soal harus diberikan
penjelasan bagaimana cara pengerjaan soal tersebut. Apakah harus disilang atau
dilingkari atau dihitamkan.
2. Kita harus teliti dalam menjawab soal dan
perintah soal harus jelas. Jika kita menjawab soal dilain tempat atau tidak
pada tempat yang sebenarnya, maka kita akan kehilangan skor/nilai.
Membuat soal dalam bentuk pilihan ganda harus membuat pilihan jawaban yang
hampir mirip (3 pengecoh dan 1 jawaban benar). Sekarang ini soal yang berbentuk
pilihan ganda, pilihan jawabannya menggunakan aksen pilihan seperti a,b,c, dan
d. Hal ini dilakukan agar tidak membingungkan peserta ujian dalam mengerjakan
soal.
Preparing Equivalent Forms (Menyediakan bentuk soal yang sejenis)
Dalam
Language Testing sanagt disarankan untuk menyediakan lebih dari satu bentuk
soal pengujian bahasa. Yang bisa digunakan berulang – ulang. Bentuk soal Equivalent
atau sejenis, memiliki beberapa kegunaan :
1. Diberikan pada saat sebelum materi
pelajaran diberikan, dan sesudah materi diberikan (Pre and Post testing).
Bentuk pertama digunakan pada awal pembelajaran dari suatu mata pelajaran atau
program latihan. Dan bentuk selanjutnya digunakan atau diberikan pada akhir
program pembelajaran. Ini dilakukan guna mengetahui tingkat kemajuan dari siswa
pada saat sebelum di berikan materi pembelajaran dibandingkan dengan setelah
diberikan materi pembelajaran.
2. Untuk mengurangi kesempatan adanya “Test Compromise” atau kecurangan pada saat ujian. Dua atau
lebih bentuk soal dari suatu tes, diberikan secara bergantian menurut daftar
yang tidak beraturan. Hal ini akan membantu mengurangi kesempatan siswa untuk
mengingat isi soal pada saat ujian dan kemudian menyerahkannya atau
memberitahukannya pada teman mereka yang lain.
Cara
termudah untuk merancang atau menyiapkan bentuk soal yang sejenis adalah dengan
cukup menguji coba soal-soal dari kedua bentuk soal berdasarkan Single Item
Analysis untuk mengetahui Validitas dari soal – soal tersebut agar bisa
dikumpulkan atau digabungkan atau dipasangkan satu sama lain.
Sebagai contoh, Dua buah bentuk soal dari tes
Structure memiliki jumlah soal tes yang sama, materi yang sama seperti Tense of
verb, part of speech, dan lain-lain. Tetapi rincian dari kedua soal tersebut
harus berbeda, sehingga terdapat dua contoh atau pembahasan yang berbeda dari
masing-masing soal, seperti kata perintah, pilihan ganda, verb-tense, dan
lain-lain.
Merancang atau menyiapkan dua atau lebih bentuk soal
ujian/tes yang dibuat secara serempak dari suatu materi pembelajaranmemerlukan
penguji-cobaan yng baik.
Misalnya, Jika suatu format akhir dari soal ujian
terdiri atas 70 buah soal tes, maka kita harus menyediakan dan menguji coba
minimal 180 soal tes. Dimana perhitungannya = 2 x 70 + 30% soal ekstra yang
disediakan untuk hasil yang akurat atau tepat dan untuk mengganti soal yang
gagal (dari segi Validity, reliability, dan lain-lain).
Jadi : = 70 soal x 2
= 140
soal + 30%
= 140
+ 40 = 180 Soal cadangan.
Prosedur terbaik adalah dengan mengelompokkan 180 soal
tersebut kedalam dua kelompok yang masing-masing terdiri atas 90 soal yang akan
di uji cobakan, dan pengujian dilaksanakan dua hari berturut-turut dalam minggu
yang sama. Dan akan lebih praktis bila penguji cobaan dilaksanakan pada kelas
lain yang berbeda (bukan di dalam kelas yang hendak diujikan), dengan membagi
kelas tersebut menjadi setengah dari jumlah yang akan diujikan dengan maksud
menetralkan “Practice Effect”.
Ketika kedua
bentuk soal tersebut telah disediakan atau disiapkan, sangat penting untuk
menguji cobakan soal tersebut terlebih dahulu di luar ujian utama untuk
memastikan bahwa bentuk soal tersebut sudah Equivalen dari segi tingkat
kesulitan, validitas, dan lain sebagainya. Untuk tingkat kesulitan dari
masing-masing soal bisa dirubah dengan mengubah posisi soal di lembar soal.
Source : David P. Harris. Testing English as A second Language.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar